Jika mendengar kata mainan seks atau sex toys, tidak dapat dipungkiri bahwa masih memiliki stigma di Indonesia lantaran pembahasan soal seks masih dianggap tabu. Bahkan, beberapa pengusaha mainan seks juga kerap harus gulung tikar. Padahal, sex toys atau mainan seks tidak semenyeramkan yang digambarkan atau bayangkan.
Penting untuk kita mengubah perspektif bahwa kepemilikan seks toys merupakan suatu hal negatif. Kita harus memantapkan pikiran bahwa, mainan seks sama hal-nya seperti mainan lain pada umumnya.
Lantas, mengapa sex toys erat dengan stigma negatif? Melansir dari berbagai sumber, berikut beberapa alasan mainan sex erat dengan stigma.
Budaya Konservatif
Faktor pertama adalah budaya konservatif yang masih dianut dan memiliki pandangan bahwa kebutuhan seksual sebagai sesuatu yang tabu. Sehingga, jika seseorang memiliki mainan seks untuk melengkapi kebutuhan seksualnya menjadi suatu hal tak biasa dan kadang dianggap amoral.
Pola Pikir Tradisional Tentang Seks
Beberapa orang masih berpikir bahwa seksualitas merupakan suatu hal yang tidak perlu dirayakan atau diekspresikan secara terbuka. Pandang tersebut bisa saja menciptakan stigma terhadap sesuatu yang berhubungan dengan seksualitas, salah satunya, mainan seks.
Terbatasnya Pendidikan Seksual di Indonesia
Pendidikan seksual di Indonesia tergolong sangat terbatas, bahkan banyak orang yang tidak mengerti anatomi alat reproduksinya sendiri. Akibat minimnya pendidikan seksualitas, menimbulkan ketidaktahuan terhadap manfaat maupun sisi positif mainan seks untuk kesehatan seksual.
Manfaat Psikologis Menggunakan Seks Toys
Salah satu cara terbaik dalam mendobrak stigma pada mainan seks adalah dengan menggencarkan edukasi seks yang menyenangkan, tidak kaku, dan berkelanjutan seperti yang dilakukan oleh Laci Asmara selama 10 tahun. Sehingga, masyarakat luas dapat merasakan manfaat penggunaan seks toys yang tepat dan bertanggung jawab, dan juga memberikan nuansa baru pada psikologis para pasangan.
Mainan Seks Bisa Mengurangi Stress dan Kecemasan
Penggunaan sex toys yang aman dan bertanggungjawab dapat melepaskan hormon endorfin dan oksitosin yang diproduksi otak. Hormon ini dapat mengurangi stres dan menciptakan efek lebih tenang pada tubuh.
Memahami Preferensi dan Fantasi Seksual
Selain itu, mainan seks juga memungkinkan penggunanya untuk memahami preferensi seksual serta fantasi yang dimiliki. Sehingga, pengguna mainan seks sudah tau apa yang disuka maupun tidak.
Self-Connection
Menggunakan mainan seks artinya siap menciptakan koniksi lebih dalam dengan tubuh. Mulai dari mengenal titik-titik sensitif, bagian yang tidak nyaman, hingga memahami kepuasan seksual.
Sex Toys Bukan Pengganti, Tapi Pelengkap
Dilihat dari sisi pasangan, mainan seks juga bisa menambah ‘gairah’ saat berhubungan diranjang, terutama jika kamu dan pasangan ingin mengeksplor pengalaman. Tapi perlu diingat bahwa seks toys bukanlah pengganti melainkan pelengkap.
Mainan seks harus dilihat sebagai hadiah untuk kehidupan seks bersama pasangan, bukan sebagai ancaman. Mainan seks dirancang selayaknya mainan pada umumnya, untuk dimainkan, dicoba, dan digunakan.
Nah, untuk kamu yang baru mau memulai untuk self-exploration bisa banget mencoba salah satu produk dari The Oh Collective – Kit. Produk ini merupakan dual vibrator yang dapat menstimulus klitoris dan G-Spot. Selain itu, produk invoasi dari The Oh Collective ini juga bendable alias bisa dibengkok-bengkokin, menyesuaikan dengan preferensi kamu. Menarik, kan?!
Kalau masih belum kebayang, coba aja beli mumpung lagi diskon. Yuk, cuuus~