“Saya Kira Vagina Saya Hancur, Ternyata Saya Hidup dengan Vaginismus”

Pernah dengar istilah vaginismus? Banyak orang mungkin masih asing dengan kata ini dan bertanya-tanya: Apakah ini penyakit? Nama bagian tubuh? Atau mungkin jenis perawatan medis? Jawabannya: bukan semuanya.

Vaginismus adalah kondisi yang masih jarang dibicarakan, bahkan di kalangan medis. Padahal, banyak perempuan di seluruh dunia yang mengalaminya tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh mereka.

Hidup Berdampingan dengan Vaginismus

Kasus vaginismus sudah banyak ditemukan, dan pengobatannya pun tersedia. Namun, penyebab pastinya masih dalam tahap penelitian.

Elena Filipczyk (27) asal Australia adalah salah satu perempuan yang harus berhadapan dengan kondisi ini. “Vagina saya menolak penetrasi,” ungkapnya. “Saya bahkan tidak bisa memasukkan tampon. Rasanya seperti menabrak dinding, sakitnya luar biasa—seperti terbakar dan robek. Saya kira vagina saya hancur, ternyata saya hidup dengan vaginismus.” (The New York Times, 28 Maret 2025)

Isley Lynn (25) dari Inggris juga punya pengalaman serupa. “Saya pertama kali mencoba memasukkan tampon saat berusia 10 tahun, tapi rasanya seperti tidak ada lubang. Seperti ada tembok yang menghalangi,” ujarnya. (BBC News)

Di Indonesia, masih jarang perempuan yang mau terbuka tentang vaginismus. Tapi, Eunike Putri (29) berani berbagi ceritanya. “Setiap kali mau berhubungan, sakitnya luar biasa. Bahkan jari saja susah masuk. Saya sempat berpikir, kalau jari saja sakit, gimana kalau penis?” (BBC News Indonesia, 28 Maret 2025)

Sejarah Penemuan ‘Vaginismus’

​Vaginismus pertama kali diidentifikasi dan diberi nama oleh James Marion Sims pada tahun 1866. Dalam karyanya yang berjudul “Clinical Notes on Uterine Surgery,” Sims menggambarkan kondisi ini sebagai “hiperestesia hymeneal dengan kontraksi spasmodik dari sfingter vaginae” yang menyebabkan rasa sakit hebat pada pasien saat pemeriksaan. 

Pada saat itu, vaginismus dianggap memiliki asal-usul biologis dan dapat diobati secara medis. Namun, pada periode 1930 hingga 1960-an, di bawah pengaruh psikologi Freudian, pandangan bergeser dan vaginismus lebih dipahami sebagai kondisi yang berasal dari faktor psikologis. ​

Apa Itu Vaginismus?

Vaginismus adalah kondisi medis di mana otot-otot di sekitar vagina mengencang tanpa sadar saat ada usaha penetrasi. Ini bisa terjadi saat berhubungan seksual, menggunakan tampon, atau bahkan saat pemeriksaan medis.

Reaksi ini sering kali dipicu oleh ketakutan, kecemasan, atau pengalaman trauma sebelumnya. Akibatnya, otot-otot di area vagina menegang, menyebabkan rasa sakit hingga kesulitan bernapas. Salah satu otot yang paling terpengaruh adalah pubococcygeus muscle group, yang berperan dalam buang air kecil, orgasme, hingga proses melahirkan.

Dengan kata lain, bagi perempuan dengan vaginismus, seolah ada “tembok tak terlihat” yang menghalangi setiap bentuk penetrasi.

Ciri – Ciri Vaginismus

Bagaimana cara mengetahui apakah kamu mengalami vaginismus? Berikut beberapa gejala yang umum terjadi:

  • Nyeri saat berhubungan seksual (terasa seperti terbakar atau tersayat)
  • Kesulitan atau ketidakmampuan melakukan penetrasi
  • Nyeri saat pemeriksaan ginekologi
  • Sulit memasukkan atau mengeluarkan tampon
  • Kejang otot atau sesak napas saat mencoba penetrasi
  • Kecemasan atau ketakutan berlebih terhadap aktivitas seksual

Jika kamu mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Apakah Vaginismus Bisa Sembuh

Kabar baiknya, vaginismus bisa diatasi! Beberapa metode yang bisa membantu, antara lain:

Latihan Otot Dasar Panggul (Senam Kegel): Latihan Otot Dasar Panggul (Senam Kegel) – Melatih otot-otot dasar panggul agar lebih rileks dan tidak tegang saat penetrasi. Coba latihan ini dengan bola kegel dari Tickler.

Terapi Dilator Vagina: Terapi Dilator Vagina – Menggunakan alat berbentuk tabung dengan berbagai ukuran untuk membantu tubuh beradaptasi dengan penetrasi secara bertahap. Beberapa pilihan yang bisa dicoba seperti Femintimate atau Wellness.

Penggunaan Obat Oles Lidokain: Krim anestesi untuk mengurangi rasa sakit saat penetrasi.

Terapi Seksual dan Konseling Psikologis: Terapi Seksual dan Konseling Psikologis – Mengatasi faktor psikologis yang mungkin berkontribusi terhadap vaginismus, seperti kecemasan atau trauma.

Vaginismus bukanlah penyakit menular atau kondisi yang harus ditakuti selamanya. Dengan pendekatan yang tepat, kondisi ini bisa diatasi dan kualitas hidup pun bisa membaik. Jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala serupa, jangan ragu untuk mencari bantuan medis dan mulai perjalanan penyembuhan.

Buka ruang untuk diskusi, karena semakin banyak yang paham, semakin banyak yang bisa mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.

Articles You Might Like

Share This Article