Pernah menonton Fifty Shades of Grey atau dengar tentang BDSM? Bagi sebagian orang, konsep rough sex atau BDSM kedengaran kontroversial. Tapi ternyata, BDSM bukan cuma tentang kekerasan ekstrem atau sesuatu yang tidak manusiawi, lho.
Banyak orang menemukan kepuasan seksual melalui BDSM karena melibatkan konsensualitas, komunikasi, dan kepercayaan antara pasangan. Lalu, kenapa masih ada stigma negatif terhadap perempuan yang menikmati BDSM? Apakah itu salah?
BDSM Itu Apa?
BDSM adalah singkatan dari bondage, discipline (or domination), sadism (or submission), and masochism. Cambridge Dictionary jelasin BDSM merupakan aktivitas seksual yang melibatkan, misalnya, mengikat pasangan, aktivitas seksual di mana satu pasangan mengontrol lainnya, atau memberi dan menerima rasa sakit untuk mendapatkan kepuasan seksual. BDSM ditandai dengan pengambilan peran yang melibatkan ketidaksetaraan kekuasan.
Cewek dan BDSM
Nggak bisa dipungkiri, aktivitas BDSM di negeri ini sering dianggap tabu karena banyaknya persepsi negatif. Tapi nyatanya, BDSM nggak selalu negatif, kok.
Penelitian tahun 2014 yang diterbitkan oleh PubMed Central Journal of Sexual Medicine menemukan, penikmat BDSM, baik domininan maupun submisif, memiliki karakter mental yang tidak mudah tersinggung, ekstrovert, terbuka pada pengalaman baru, teliti serta jeli, dan tidak mudah kecewa atas penolakan. Banyak nilai plus-nya, kan?
Pada penelitian lain yang dilakukan di Department of Clinical Psychology, Tilburg University, orang yang menyukai kegiatan BDSM, memiliki sifat percaya diri dan lebih sejahtera dalam menjalani hidup.
Baik di Indonesia maupun di luar negeri, memang tidak banyak penelitian terkait kepuasan seksual perempuan dengan BDSM. Meski demikian, bukan berarti seorang perempuan harus malu dengan preferensi aktivitas seksualnya.
Perempuan yang secara sadar bisa mendapat kepuasan seksual dengan aktivitas BDSM, memiliki perpaduan unik antara kepercayaan diri, kreativitas, dan keterbukaan pemikiran. Ketika perempuan melakukan aktivitas BDSM, mereka mampu dan berani untuk mengeksplorasi hasrat pribadi, membangun komunikasi, hingga menaruh kepercayaan terhadap pasangan.
Hal tersebut didukung dari penelitian yang dilakukan di Universitas Jinan, China, yang mengikutsertakan 32 perempuan aktif melakukan BDSM. Aktivitas otak seluruh partisipan direkam melalui Electroencephalogram (EEG). Dengan seks BDSM, para partisipan menunjukkan ekspresi puas dan bahagia. Hasil penelitian menemukan ketika melakukan aktivitas BDSM, para partisipan tidak ada yang merasa terancam atau dalam posisi tidak nyaman. Ternyata aktivitas BDSM, mampu mengurangi bagian otak yang berkaitan dengan rasa sakit.
Aktivitas BDSM itu selalu berada di ranah abu-abu. BDSM untuk sebagian perempuan, dirasa nggak cocok dengan pandangan hidupnya, tapi bagi yang lain, bukan suatu permasalahan. Kembali lagi ke awal: preferensi seksual.
BDSM itu soal kesepakatan dan kepercayaan, bukan tentang pemaksaan atau eksploitasi.
Jadi untuk pere yang demen aktivitas BDSM, nggak ada alasan untuk khawatir soal apakah preferensi seksualnya itu benar atau salah. Kalau akhirnya kamu merasa itu mulai nggak cocok atau udah nggak sesuai dengan cara hidup kamu, just quit.
Tips BDSM, Wajib Catet!
Tips buat para pere yang udah sadar doyan BDSM, nggak perlu malu atau takut dianggap aneh untuk jujur akan preferensi seksualnya, aturan ini juga saklek buat yang baru tertarik atau mau nyoba untuk ngelakuin BDSM. Selain untuk bahan belajar terbuka dengan pasangan, mengungkapkan kepuasan dan preferensi seksual di ranjang juga bisa jadi jelong menuju kelanggengan dan keharmonisan hubungan.
Aktivitas BDSM yang dasarnya dilakukan oleh dua partisipan perlu memahami konsep awal: consent/persetujuan. Nah, ketika sudah sepakat konsep dasar itu, kita lanjut untuk tips berikutnya, ya!
- Komunikasi
- Sebelum mulai ngiket-ngiket, kamu dan pasangan perlu buat kesepakatan. Mulai dari aktivitas yang disuka, nggak disuka, dan apa yang mau di eksplor.
- Melakukan BDSM, nggak bisa langsung gas pol mencekik, mencambuk, menyetrum, dan lain-lain. Unless, pasangan kamu memang langsung mau melakukan. Kalau dia merasa nggak nyaman dengan ide-ide tersebut, kamu harus memperjelas batasannya apa aja. Misalnya, bisa dimulai dengan spanking.
- Safe Words
- Kalau udah beres urusan komunikasi, saatnya lanjut ke step selanjutnya. Kamu dan pasangan bisa langsung membuat safe words, berfungsi untuk memberi tanda ketika salah satu pihak merasa tidak nyaman.
- Berkaca dari beberapa pengalaman dari penikmat BDSM, kata ‘berhenti’ nggak selalu berarti berhenti, kata ‘jangan’ nggak selalu berarti jangan, kata ‘tidak’ nggak selalu artinya tidak, dan lain sebagainya. Umumnya, kata-kata tersebut udah bagian dari permainan BDSM, di mana biasanya submisif memohon pihak dominan merasa memegang kontrol penuh dan membuat suasana bergairah.
- Sebagai gantinya, kamu bisa menggunakan kata-kata tidak umum seperti yellow atau red. Yellow bisa berarti kamu ngerasa kurang nyaman dan nggak yakin. Untuk red, kamu bener-bener udah nggak sanggup.
- Safety First
- Sebelum memulai, kamu dan pasangan harus sama-sama aware akan kondisi fisik masing-masing. Apakah dia pernah cedera, ada bekas luka, ada bagian tubuh yang sakit ketika disentuh, atau ada hal yang bisa jadi trigger trauma-nya.
- Penting banget buat paham hal-hal tersebut sebelum melakukan BDSM.
- Jangan Maksa!
- Jika sudah mulai aksi dan ternyata ada hal yang bikin pasangan kamu nggak nyaman atau kesakitan, jangan pernah memaksa!
- Setiap orang punya limit-nya masing-masing dan kamu harus menghargai batasan tersebut.
- Nah, kalau bingung nyari BDSM kit yang aman dan kualitas top markotop, bisa banget ceki-ceki di https://www.laciasmara.com/shop/category/accessories/bdsm. Mulai handcuffs, nipple clamps, sampai wax candle juga ada. Liat, penasaran, bungkus! #PakaiAjaYangAdaDiLaci
- Ingat nih, aktivitas BDSM itu ada untuk menumbuhkan rasa percaya. Saat pasangan menjadi pihak submisif, dia percaya kamu tidak akan melukai atau menyakitinya. Begitupun sebaliknya.